Minggu, 29 Juli 2012

Ada Cerita di Tiap Puasa

         Adzan Dhuhur baru saja berkumandang....Farrel langsung menghampiri ibunya. "Bu... Farrel boleh minum ya sekarang?" Yang dipanggil ibu pun tersenyum dan dengan penuh kelembutan mengusap kepala anak perempuannya yang baru duduk di kelas 2 SD itu. "Bener nih, Farrel engga mau ngelanjutin puasanya sampai maghrib?" "Ahh... Ibu... Farrel kan masih kecil, ayolah Bu.. perutku sudah sakit nih" Farrel terus merengek. "Ya sudah, tapi besok ditambah ya sampai Ashar". "Cihuy, aku mau minum es sirup!" Tanpa mengomentari kata-kata ibunya, ia langsung melesat membuka pintu kulkas.
           Lain lagi dengan Amri, yang duduk di kelas 4. Ashar tiba dan dia baru pulang dari rumah temannya dengan tergopoh-gopoh. "Kak, aku boleh minum ya sekarang?", tanpa diduga ia membujuk kakaknya minta minum. "Lho, ini kan udah Ashar dik, Amri kan biasanya kuat puasanya sampai buka nanti." Untuk sesaat Amri terdiam, wajah polosnya tampak serius memikirkan sesuatu. Usai sholat Ashar, ia pun bercerita bahwa teman-teman bermainnya hampir semuanya tidak berpuasa. Bahkan menggodanya untuk membatalkan puasanya. Hmmm... pantas saja dia tiba-tiba pulang minta minum. "Ternyata puasa lebih lezat ya kak... Untung aku tadi siang engga tergoda. Aku takut masuk neraka." Celotehnya sambil menikmati menu buka puasa.
           Begitulah kira-kira secuil dari ragam cerita puasa bagi anak-anak. Anak-anak memaknai puasa tidak lebih dari sekedar tidak boleh makan dan minum. Yang puasa masuk surga, yang tidak puasa masuk neraka. Apapun pendapat mereka tentang puasa, kewajiban bagi kita sebagai orangtua dan pendidik untuk melatih dan memberi mereka pemahaman tentang puasa dengan sabar. Sebab jika kita tidak sabar, berarti sama saja kita tidak bisa menjadi contoh atau teladan bagi mereka. Karena dalam  puasa sendiri terdapat pelajaran untuk bersabar.  Tanpa berlatih, anak-anak tidak mungkin terbiasa saat amalan puasa Ramadhan sudah benar-benar diwajibkan bagi mereka. 
           Tentu lain ceritanya bagi anak-anak yang sudah mencapai mumayyiz. mereka sudah berada pada taraf mengamalkan puasa sebagai suatu ibadah yang wajib dilakukan selama bulan Ramadhan. Maka kewajiban kita adalah membekali mereka dengan ilmu. Karena tiada amal yang dilakukan tanpa landasan ilmu yang benar. Fikih puasa kita sampaikan, tentu dengan bahasa yang mudah mereka fahami. 
            Patut kita perhatikan adalah banyak dari kalangan remaja kita yang salah menyikapi datangnya bulan Ramadhan. Berpikir bahwa bulan Ramadhan adalah bulan liburan. Dan yang lebih parah, malah banyak perbuatan yang menyelisihi syariat yang hanya terjadi ketika Ramadhan. Misalnya jalan-jalan sambil pacaran setelah sholat shubuh berjamaah. Atau menunggu waktu buka dengan berdesak-desakan menonton konser musik. Belum lagi yang bermain petasan usai sholat tarawih yang jelas-jelas membahayakan diri sendiri dan orang lain.
            Sungguh, para orangtua dan guru yang cerdas tidak akan melewatkan momen Ramadhan ini sebagai sarana mendidik anak-anak untuk menjadi insan mulia yang kokoh menegakkan syariat puasa dan meraih segala hikmah di dalamnya. Agar usai Ramadhan, jejak ketaatan pada Allah Ta'ala itu masih berbekas pada jiwa mereka, maka lakukanlah dengan ikhlas dan mengiringi dengan teladan yang nyata.(Ist.)